Ini tentang bening dua bola matamu
dan tentang bibir kecil yang hangatkan jiwaku
Entah mengapa tentang dua hal itu
aku ingin bercerita petang ini
Mungkin barisan-barisan sajak ini sederhana
tapi kuharap mampu menyentuh keindahan-keindahanmu
Setelah siang itu kau tak lagi menjadi fatamorgana
semua dahaga kerinduanku terobati oleh dua bola mata dan bibir kecilmu
Saat ini aku mampu menatap kembali duniaku
karena matamu...
Saat ini aku mampu kembangkan senyuman
karena bibir kecilmu...
dan sungguh kurasakan kembali keindahan hari-hariku
karena saat ini kumiliki dua bola mata dan bibir kecilmu
Jumat, 23 April 2010
"Peri Kecil"
Senyum dibalik sayap berbulu rindu
mengikat erat luka mata bathin yang pilu
Kau menjelma saat dingin malam yang hitam mulai membalut kesendirian
membawa benjana tawa yang hangati sepiku
Dekapmu runtuhkan dinding hati yang beku
cairkan dinginnya keristal jiwaku
Kau padamkan emosi burung api dengan air mata kebahagiaan
dan sungguh kuyakini bahwa kau telah reinkarnasikan semua yang mati didalam hidupku.
mengikat erat luka mata bathin yang pilu
Kau menjelma saat dingin malam yang hitam mulai membalut kesendirian
membawa benjana tawa yang hangati sepiku
Dekapmu runtuhkan dinding hati yang beku
cairkan dinginnya keristal jiwaku
Kau padamkan emosi burung api dengan air mata kebahagiaan
dan sungguh kuyakini bahwa kau telah reinkarnasikan semua yang mati didalam hidupku.
FIRASAT
Akar ingkar mengganti rotan
syair anyir luka membusuk
Tatala mntari terganti rembulan
ragaku remuk punguk tercambuk
Puting susu kencang merayu
nafsu kelabu pejantan dungu
Tersekap pengap kelambu rindu
penis menegang dirahim waktu
Desahmu firasatku yang lugu
airmatamu peluhku yang rentan
Kau setubuhi derita musim salju
beranak angkara buruknya zaman
Tawamu isak tangisku kemarin
saat akhir ceritamu menusukku
Kelicikanmu akar sesalku yang berpilin
berbuah dusta bunga yang pilu.
syair anyir luka membusuk
Tatala mntari terganti rembulan
ragaku remuk punguk tercambuk
Puting susu kencang merayu
nafsu kelabu pejantan dungu
Tersekap pengap kelambu rindu
penis menegang dirahim waktu
Desahmu firasatku yang lugu
airmatamu peluhku yang rentan
Kau setubuhi derita musim salju
beranak angkara buruknya zaman
Tawamu isak tangisku kemarin
saat akhir ceritamu menusukku
Kelicikanmu akar sesalku yang berpilin
berbuah dusta bunga yang pilu.
Jumat, 02 April 2010
KEBENCIAN
Amarahmu adalah takdirku,
berwarna merah darah kebencian,
dan anyir seperti luka yang membusuk,
Ragaku adalah penampungan makimu,
maka kecuplah keheningan malam ini,dan kau jilati pekatnya,
Agar jiwamu tersadar,
bahwa akulah kebencianmu yang abadi,
Aku tak mampu taklukan emsimu,
tapi aku mampu kalahkan sadarmu,
Kau dapat menamparku dengan berangmu,
tapi kau takan mampu kalahkan rasaku,
Kau sebongkah emosi yang mendalam,
dendammu adalah karang yang karam,
Aku adalah samudera yang berang,
yang perlahan mengikis karang-karang hatimu,
Kebencianmu akanku bekukan hari-harimu,
Tapi aku memang amarahmu,
jadi bungkam hatimu, karena aku memang kebencianmu.
berwarna merah darah kebencian,
dan anyir seperti luka yang membusuk,
Ragaku adalah penampungan makimu,
maka kecuplah keheningan malam ini,dan kau jilati pekatnya,
Agar jiwamu tersadar,
bahwa akulah kebencianmu yang abadi,
Aku tak mampu taklukan emsimu,
tapi aku mampu kalahkan sadarmu,
Kau dapat menamparku dengan berangmu,
tapi kau takan mampu kalahkan rasaku,
Kau sebongkah emosi yang mendalam,
dendammu adalah karang yang karam,
Aku adalah samudera yang berang,
yang perlahan mengikis karang-karang hatimu,
Kebencianmu akanku bekukan hari-harimu,
Tapi aku memang amarahmu,
jadi bungkam hatimu, karena aku memang kebencianmu.
Langganan:
Postingan (Atom)