Ini Tentang Kita

Seumpama kata tak lagi bermakna, datanglah dengan hanya tersenyum, karena itu lebih baik dari pada kau membukit salju.

Laman

Sabtu, 27 Maret 2010

An-Nur (Penjaga cahaya)

Kotak hitam hati terkunci,
gelagat raga bercermin buram,
Desah membungkam suram,
lirih terpenjara sepi,

Relung berpalung renung,
mendung dibalik kerudung,
Saat langkah tersandung,
bukit khilaf menggunung,

Bersemedi dalam dzikir hati,
bertasbih cahaya dalam gelap dunia,
Jilbabkan ketulusan ilmu ikhlas,
besajadah jiwa mukena malam,

Airmata barisan doa-doa,
menadah kata sukma berbinar,
Wahay An-Nur pemilik segala cahaya,
terangi gua-gua bathin yang cadas tak terbias.

Hemmm...

Buka jendela hati,
nikmati hembus angin yang menyelinap disela-sela,
Kesejukan membius sukma,
raga menanti hangat kasih yang pergi,

Ditempat ini kau kurindu,
dilentiknya bulan sabit yang berpose indah,
Dikeremangan temaram,
dan dibawah bintang-gemintang yang genit berkedip,

Masih dengan raga ini aku menunggu,
dengan gulali tawa anak petani dusun,
Satu rasa dalam asa menantimu pulang,
membawa permata kasih yang cemerlang.

Petapa Hati

Rembulan tak bersolek, begitupun bintang,
dua kunang-kunang bercumbu dibalik batu,
Kerlap-kerlip air hujan didahan terbias syahdu,

Kuremas kata yang membekas,
suam-suam malam dibalik makna jiwa,
Anatomi raga lunglai tak lalai,
isyarat sukma bertopeng angsa putih meniti mimpi tak henti,

Hembus lirih sang bayu menembus kardus,
petapa hati berdoa suci,
hilang cinta, hilang rasa,
namun jiwa tak mati.